Every day, God thinks of you. Every hour, God looks after you. Every minute, God cares for you. Because, every second He loves you.
RSS

Kamis, 28 November 2013

Menjadi Sebab, Bukan Akibat: Belajar dari Perseteruan Farhat Abas dan Al-El

Hari-hari terakhir ini, saya mulai muak melihat pemberitaan media, khususnya di pagi hari. Bagi saya pagi hari adalah awal kita berbagi energi dan inspirasi positif pada sesama. Tapi, kisah perseteruan antara orang tua bermental kanak-kanak bernama Farhat Abas (suami Nia Daniaty) dengan kakak beradik, anak musisi Ahmad Dhani, Al dan El, sungguh menguji proses pendewasaan emosi dan spiritualitas saya sebgai manusia. 

Manusia memang sering bertindak keterlaluan, tidak logis, dan hanya mementingkan diri sendiri; tapi bagaimanapun, Sang Pemaaf mengajarkan pada kita memaafkan mereka...

Inspirasi dari Poetry In Motion

Sebuah puisi hanya seindah pribadi yang membacanya... 

Seseorang dengan hati yang kering dan retak-retak tidak akan pernah bisa menghayati keindahan dari puisi yang dibacanya. Karena seseorang yang mengenali keindahan sebuah puisi, sebetulnya sedang mengenali keindahan yang ada di dalam hatinya sendiri, melalui pilihan kata-kata yang peka dan cerdas dari penulis puisi itu.
 

Dan bagi saya, alam ini adalah penulis puisi yang hebat, yang selalu bergerak, bertumbuh dan berkembang, bahkan menghilang. Itulah 
poetry in motion.


Jika teman-teman berkunjung di link puisi blog ini, teman-teman akan melihat karya-karya indah dari adik-adik Sekami Keuskupan Ruteng dalam alunan puisi. Mereka menarikan pena di panggung secarik kertas, beberapa hari lalu. 

Rabu, 27 November 2013

Inspirasi Indonesia Mengajar

Saya mengetahui program 'Indonesia Mengajar' pertama kali saat melihat posternya di Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan gambar Bung Karno sedang mengajar. Program 'Indonesia Mengajar' ini berdiri pada 2010 dan sudah mengirim lebih dari 240 Pengajar Muda dari lima angkatan untuk mengajar selama satu tahun di berbagai sekolah di pelosok Indonesia. Saat ini, Indonesia Mengajar sedang mempersiapkan angkatan keenam. Belasan ribu sarjana Indonesia dari berbagai latar belakang perguruan tinggi, suku, dan agama mendaftarkan diri. Ada proses seleksi yang panjang untuk menemukan mereka yang paling berprestasi, memiliki semangat juang, berjiwa kepemimpinan, serta mempunyai kreativitas dan motivasi untuk berbagi.

'Indonesia Mengajar' yang dirintis Anies Baswedan, Rektor Universitas Paramadina, tidak berpretensi menyelesaikan seluruh persoalan pendidikan di Indonesia. Gerakan 'hanya' ini ingin mencerdaskan kehidupan bangsa dengan bersama-sama melunasi janji kemerdekaan. Selain membantu mengisi kekurangan guru berkualitas di pelosok Indonesia, gerakan ini juga ingin menjadi wahana belajar kepemimpinan bagi anak-anak muda terbaik Indonesia.

Senin, 25 November 2013

Ketika Pena Menyirami Alam, Itulah Perayaan Kehidupan

Selamat Pagi, Sahabat Sekami!

Bagi saya (maaf), Indonesia boleh dibagi secara artifisial menjadi dua dunia. Katakanlah dunia politis dan sosiologis. Kalau teman-teman membaca koran halaman politik hari-hari ini, yang tersaji tentang Indonesia tak lain adalah dunia yang warna dominannya adalah kelam kelabu. Sebaliknya, Indonesia yang bewarna utama cerah cemerlang, sepertinya hanya terbentang di ranah sosiologis.

Sebuah kegiatan yang digagas oleh Komisi KKI dan JPIC Keuskupan Ruteng, minggu lalu (22-24 November 2013), dengan tema besar 'Ekologi dan Jurnalistik', secara pribadi seolah-olah menyadarkan saya bahwa Indonesia, khususnya gereja Katolik, masih menyimpan optimisme, meski harapan itu dimiliki oleh anak-anak, remaja, dan kaum muda lainnya. Bahwa ternyata, gereja Katolik mampu memberi sumbangsih dan karya nyata bagi Indonesia. 

Kesan yang muncul di akhir kegiatan adalah kisah-kisah inspirasi, tentang sebuah pembiasaan diri terhadap hal-hal baik, entah itu terhadap lingkungan maupun aktivitas menulis. Terlepas dari sifatnya yang sekadar training singkat, kegiatan ini bisa dipakai untuk membaca situasi kehidupan gereja dan anak-anak di Indonesia, khususnya Ruteng, dalam proses hidup bersama alam dan lingkungan.

Saya teringat akan kisah salah satu pastor yang membaktikan hidupnya untuk kegiatan pelestarian lingkungan di Kalimantan. Ialah Pastor Samuel Oton Sidin yang tergerak untuk memulihkan lahan kritis di Pontianak. 

Senin, 18 November 2013

The Meaning of Name, Name of the Meaning

Some of us will do our jobs well and some will not, but we will be judged by only one thing, the result.
– Sir Alex Ferguson 

Sir Alex Ferguson, seorang pelatih sepakbola tersukses di Liga Premier Inggris, sekaligus pelatih paling sukses dan paling lalma bertahan di satu klub (Manchester United) sedaratan Britania Raya. Begitu mendengar nama Sir Alex Ferguson, pikiran kita langsung terkoneksi dengan kata 'SUKSES, MOTIVASI, INSPIRASI, DAN KEMENANGAN'.
 

Ia memenangkan 38 gelar juara dalam kurun waktu 26,5 tahun. Konon saking populernya, selain masuk dalam 100 Tokoh Paling Berpengaruh di Dunia dalam dua dekade terakhir, versi majalah Times. Ia juga merupakan tokoh paling populer di dunia, sebelum akhirnya 'dikalahkan' oleh Barrack Obama.
 

Batu Kecil

Seorang pekerja pada proyek bangunan memanjat ke atas tembok yang sangat tinggi. Pada suatu saat ia harus menyampaikan pesan penting kepada teman kerjanya yang ada di bawahnya. Pekerja itu berteriak-teriak, tetapi temannya tidak bisa mendengarnya karena suara bising dari mesin-mesin dan orang-orang yang bekerja, sehingga usahanya sia-sia saja.


Oleh karena itu untuk menarik perhatian orang yang ada di bawahnya, ia mencoba melemparkan uang logam di depan temannya. Temannya berhenti bekerja, mengambil uang itu lalu bekerja kembali. Pekerja itu mencoba lagi, tetapi usahanya yang keduapun memperoleh hasil yang sama.

Minggu, 17 November 2013

Sang Idola

Pemuda itu menangis tersedu. Butir-butir air mata membanjiri wajahnya yang terlihat kuat langkahnya gontai tak bersemangat. “Aku seperti kehilangan panutan,” bisiknya lirih. Perjalanan jauh ditempuhnya dari rumah hanya untuk menjumpai seseorang yang selama ini dipanggilnya Bapak. Pemimpin, guru, tokoh idolanya itu telah memberi banyak inspirasi dalam kehidupannya selama ini. Kepergiannya untuk menyempurnakan kekaguman pada panutan hidupnya itu.

Tapi apa yang disaksikannya?
Beberapa hari mondok dan berguru, ternyata Bapak tidak seperti yang diharapkan. Kehidupannya sama saja seperti manusia lain. Bahkan sebenarnya tidak lebih dari manusia biasa yang penuh alpa. Semakin hari, semakin terlihat segala perbuatan yang tidak sesauai dengan ajaran-ajarannya selama ini. Yang membuatnya semakin kecewa, Bapak telah menyelingkuhi Ibu, istri yang sekian lama mendampingi dalam susah dan senang.

Rabu, 13 November 2013

Jendela Rumah Sakit

Seringkali inspirasi datang dari sebuah hal kecil, dan seringkali pula kita mengabaikannya. Berikut ini inspirasi hidup dari sebuah jendela...


Dua orang pria, keduanya menderita sakit keras, sedang dirawat di sebuah kamar rumah sakit. Seorang di antaranya menderita suatu penyakit yang mengharuskannya duduk di tempat tidur selama satu jam di setiap sore untuk mengosongkan cairan dari paru-parunya. Kebetulan, tempat tidurnya berada tepat di sisi jendela satu-satunua yang ada di kamar itu. Sedangkan pria yang lain harus berbaring lurus di atas punggungnya.

Setiap hari mereka saling bercakap-cakap hingga berjam-jam. Mereka membicarakan istri dan keluarga, rumah, pekerjaan, keterlibatan mereka di masyarakat, dan tempat-tempat yang pernah mereka kunjungi selama liburan.

Pengampunan

Mengampuni adalah tugas pelayanan termudah untuk diucapkan, namun terberat untuk dilakukan. Mengampuni membutuhkan kekuatan hati dan emosi, kemampuan untuk mendengar, dan terpenting adalah keluasan hati serta pikir untuk memaafkan. 

Berikut ini inspirasi bagi kita semua, akan arti sebuah pengampunan...


Saat Abraham Lincoln (1809-1865) masih menjadi seorang pengacara muda, ia sering berkonsultasi dengan pengacara lain tentang berbagai macam kasus yang ditanganinya. Suatu hari, ia duduk di ruang tunggu untuk menjumpai seorang pengacara senior. Tapi, ketika tiba waktunya, pengacara itu hanya melihat Lincoln sekilas dan berteriak, “Apa yang dia lakukan di sini? Singkirkan dia! Aku tidak akan berurusan dengan seekor monyet kaku!”

Minggu, 10 November 2013

Otak Kanan yang Makin Dahsyat

Otak kanan seharusnya menjadi andalan bagi animator atau pendamping anak dan kaum muda (Katholik). Bahkan segala sesuatu yang dilakukan oleh animator harusnya dimulai dari bagian ini. Bagaimana cara mengasah otak kanan?

Penelitian akan penggunaan otak kanan semakin banyak dibahas. Pergeseran perhatian orang dari IQ (intellectual quotient) menjadi EQ (emotional quotient) mulai menjadi titik awal bagaimana otak kanan dianggap memiliki potensi terbesar dalam keberhasilan seseorang. Termasuk pula dalam sistem pendidikan di Indonesia, yang dianggap kurang mengasah perkembangan otak kanan. Itulah sebabnya pendidikan di Indonesia dapat membuat orang pintar, namun tidak kreatif. Akan tetapi, kini mulai banyak orang yang tersadarkan akan pentingnya otak kanan. Bukan apa-apa, dalam era kompetisi yang semakin menghebat, setiap orang tidak hanya dituntut pintar, namun juga diharuskan memiliki kemampuan dalam berkreasi dan berimprovisasi sehingga semakin membumikan atau memanusiakan pikiran-pikiran yang ada di otak kiri.

Seperti mereka yang bergerak di bidang marketing, para penggerak dan pembina anak dan kaum muda, otak kanan jelas harus banyak dipergunakan. Sekalipun Peter Fisk dalam bukunya Marketing Genius juga ‘mewanti-wanti’ agar para marketer jangan terlalu ‘kebablasan’ dalam mempergunakan otak kanan. Sebab, kreativitas yang muncul nanti bisa tidak sesuai dengan kebutuhan pasar lantaran tidak mempergunakan otak kiri untuk menganalisa kebutuhan konsumen.

Dunia anak dan remaja banyak memulai sesuatu dari otak kanan. Sebagai contoh, dalam new program development, tahap paling awal adalah idea generation, dan itu berarti memulai dengan otak kanan, karena kreativitas hanya ada di otak kanan. Demikian pula dalam pengembangan program, otak kananlah yang harus banyak berfungsi.

The Sekami Dream

Sahabat sekalian mungkin pernah mendengar yang namanya The American Dream. ‘The American Dream’ adalah sebuah ungkapan sangat populer yang menggambarkan etos bangsa Amerika dalam melakukan mobilitas sosial untuk menggapai puncak kesuksesan terlepas dari kelas, kasta, ras, agama, atau dari etnik mana mereka berasal. Dalam karya klasiknya Epic of America (1931), penulis James Truslow Adams mendefinisikan The American Dream sebagai berikut:

“Life should be better and richer and fuller for everyone, with opportunity for each according to ability or achievement, regardless of social class or circumstances of birth.”

Dengan spirit ‘all men are created equal’, setiap rakyat Amerika, apapun latar belakang mereka, punya kesempatan yang sama untuk menjadi milyarder, bintang Hollywood yang moncer di seluruh jagad, atau tokoh politik yang berlimpah kekuasaan. Karena itu The American Dream kemudian menjadi sebuah obsesi bagi setiap rakyat Amerika dalam berjuang melakukan mobilitas sosial. Obsesi ini mulai menjadi populer setelah Great Depression tahun 1930-an dan mencapai critical mass menyusul berakhirnya Perang Dunia II yang kemudian diikuti boom ekonomi Amerika Serikat.

Sosok-sosok ‘rakyat jelata’ yang berjuang dari nol hingga menjadi tokoh sukses (from zero to hero) biasanya didapuk sebagai ikon dari The American Dream. Sebut saja tokoh-tokoh hebat, seperti Sam Walton, Elvis Presley, Michael Jackson, Mohammad Ali, Michael Jordan, Bill Gates, Steve Jobs, Donald Trump, Barrack Obama, Oprah Winfrey, hingga Mark Zuckerberg. Mereka sering disebut sebagai ikon-ikon yang sukses mewujudkan The American Dream, karena kerja keras sampai titik darah penghabisan. Mereka ini adalah pribadi-pribadi yang menurut istilah saya mempunyai heroic leadership.

Kamis, 07 November 2013

Pelatihan Pembina Sekami Se-Provinsi NTT di Bajawa

Dua orang Pembina Sekami utusan Departemen Agama Kabupaten Manggarai Keuskupan Ruteng, mengikuti kegiatan Pelatihan Pembina Bina Iman Anak (BIA), yang berlangsung tanggal 17-20 Oktober 2013, di Bajawa Kabupaten Ngada. Kegiatan tersebut diselenggarakan di Hotel Johny, Jl. Gajah Mada, Ngada.

Kami berangkat dari Ruteng, Kamis tanggal 17 Oktober pukul 07.00, dengan menggunakan travel, dan tiba di Bajawa pukul 12.30. Di sana, kami berkumpul dengan peserta lain sebagia utusan dari kabupaten-kabupaten lain di NTT. Setiap kabupaten mengirimkan setidaknya dua orang pendamping/Pembina Bina Iman Anak. Peserta yang hadir pada kegiatan tersebut adalah utusan dari semua Kabupaten se-Propinsi NTT atau mewakili 7 keuskupan. Seluruh peserta pada saat check-in langsung diterima oleh panitia dari Kanwil Departemen Agama, Provinsi NTT, sekaligus menyerahkan surat tugas dari Departemen Agama Kabupaten masing-masing. Adapun tema dari kegiatan pelatihan tersbeut adalah “MELALUI KEGIATAN PEMBINAAN PARA PEMBINA BINA IMAN ANAK (BIA) KITA BERSINERGI MENINGKATKAN IMAN ANAK MENUJU MASYARAKAT NTT YANG BERIMAN, CERDAS, RUKUN DAN SEJAHTERA (BERNAS)".

Jambore Nasional Sekami 2013 di Palasari, Bali

Anak dan Remaja Misioner utusan Keuskupan Ruteng mengikuti kegiatan Jambore Nasional di Palasari, Bali yang berlangsung dari tanggal 26-30 juni 2013, yang bertemakan ”SEKAMI REMAJA MENYONSONG MASA DEPAN DALAM TERANG IMAN” . Peserta utusan Keuskupan Ruteng berjumlah 33 anak dan remaja ditambah 10 pendamping. Utusan peserta berasal dari tiga kevikepan dikeuskupan Ruteng yaitu: 
Kevikepan Borong
Paroki Kisol 1 orang;
Paroki Borong 2 0rang dan ditambah 1 pendamping; dan
Paroki Mano 3 orang.
Kevikepan Labuan Bajo
Paroki Labuan Bajo 3 orang; dan
Paroki Datak 2 orang dan ditambah 1 pendamping.
Kevikepan Ruteng
Paroki Katedral 3 orang, ditambah 1 pendamping;
Paroki Cewonikit 2 orang;
Paroki Golodukal 2 orang; 
Paroki Redong 2 orang dan ditambah 3 orang pendamping; 
Paroki Kristus Raja 2 orang;
Paroki Kumba 2 orang dan ditambah 1 pendamping;
Paroki Poka 2 orang;
Paroki St. Kalus 2 orang; 
Paroki Poco 2 orang dan ditambah 1 pendamping; dan
Paroki Reo 2 orang dan ditambah Suster Diridios KKI keuskupan Ruteng.

Beberapa kegiatan yang ditampilkan oleh peserta utusan Keuskupan Ruteng, antara lain adalah pentas seni budaya (tarian adat Manggarai) dan animasi-animasi lainnya yang disesuaikan dengan tema dan agenda kegiatan Jambore Nasional. Dan pada puncak kegiatan Jambore Nasional tanggal 30 Juni 2013, panitia mempercayakan kegiatan liturgi kepada peserta utusan Keuskupan Ruteng. 


Minggu, 03 November 2013

25 Tahun Karya Sr. Gabriella, CB Menuai Terang dari Lentera Jiwa

Tahun ini, tepatnya 2 Oktober 2013, adalah perayaan 25 tahun karya pelayanan Sr. Gabriella, CB sebagai seorang biarawati. Jika kita ibaratkan, menjadi seorang biarawa/biarawati bagi gereja sebagai sebuah proyek, maka ini adalah sebuah ‘proyek percontohan berbiaya mahal’ tentang bagaimana memberdayakan potensi diri untuk melayani sesama. Bisa dikatakan, proyek mercusuar di tengah kondisi spiritualitas bangsa ini yang semakin amburadul tidak keruan. Tapi, usia 25 tahun (pesta perak) ini pun bisa menjadi oasis di tengah kerinduan akan keraguan eksistensi umat Katolik secara umum di Indonesia, khususnya di Keuskupan Ruteng. Dahsyat, Sr. Gabriella, CB (dan mungkin juga biarawan/biarawati yang lain) bisa bertahan hingga sekarang!

Pertanyaan besarnya adalah, apakah Sr. Gaby (demikian akrab disapa) sekadar bertahan dan bertahan? Apa tidak mungkin untuk kemudian bertumbuh dan berkembang (tentu dalam konteks kaderisasi)? Ini dia yang harus dijawab dengan tuntas melalui sebuah pemikiran dan kerja yang tidak saja komprehensif, namun juga integrated.


Harus diakui, kita memang bangsa yang piawai membikin dan mencetak (termasuk mencetak biarawan/biarawati), tapi celakanya kita tidak pandai memasarkannya. Lebih celaka lagi, kita juga ceroboh menjaga bikinan nenek moyang. Itu sebabnya, banyak biarawan/biarawati keluar dari ‘penggilan’ hati dan lentera jiwanya sebagai pelayan Tuhan, bahkan tidak jarang kita temui, banyak dari mereka yang pada akhirnya meninggalkan Tuhan.

Namun, coba tengoklah dengan mata hati yang jujur dan tulus akan capaian pelayanan Sr. Gaby dan biarawan/biarawati lainnya hingga usia perak saat ini, bukan sebatas sebagai sebuah keharusan dan kewajaran dalam berkarya dalam nama Tuhan. Pesta perak ini harus dijadikan momentum untuk membuktikan bahwa Sr. Gaby dan biarawan/biarawati lainnya adalah komunitas kecil yang siap memasarkan gereja ke seantero jagat, dengan cinta kasih.